A Pengertian
Hipoglikemia adalah kondisi bayi dengan kadar glukosa darah kurang dari 45 mg/dl. Yang dapat member gejala (simtomatis) atau tidak member gejala (asimtomatis). Biasanya terjadi pada bayi besar (makrosomia) terutama bayi dari ibu DM.
B Faktor Risiko
Bayi cukup bulan yang sehat, secara efisien menghasilkan energi melalui metabolism aerob. Bayi yang mengalami asfiksia, stress atau hipoksia dapat mengalami hipoglikemia.
C Bayi yang Berisiko terkena Hipoglikemia
1 Bayi dari ibu DM
2 Bayi yang besar untuk masa kehamilan (BMK)
3 Bayi yang kecil untuk masa kehamilan (KMK)
4 Bayi kurang bulan dan lewat waktu
5 Bayi sakit atau stress (RDS, hipotermia)
6 Bayi eritroblastosis
7 Obat-obat yang dikonsumsi ibu. Misalnya steroid, beta simpatomimetik, beta blocker
D Preventif
1 Monitor penyakit DM pada ibu dan kontrol kadar glukosa ibu hamil dengan DM
2 Lakukan tata laksana resusitasi yang baik dan benar
3 Pantau gambaran klinis bayi baru lahir dari ibu DM
4 Periksa kadar glukosa bayi dari ibu DM
E Diagnosis
1 Anamnesis
a. Ibu menderita DM sebelum dan selama kehamilan, terutama DM yang tidak terkontrol
b. Bayi mengalami kesulitan persalinan karena bayi besar
c. Bayi lahir dengan gejala lemas atau letargi, kadang-kadang sampai kejang
2 Klinis
Tanda hipoglikemia tidak bersifat spesifik dan dapat serupa dengan tanda dari banyak masalah lain. Sehingga kadar glukosa harus selalu dievaluasi dan ditangani bila terdapat faktor risiko dan tanda-tanda sebagai berikut :
a. Sianosis
b. Kejang atau tremor
c. Letargi dan menyusu yang buruk
d. Apnea, sesak napas
e. Tangisan yang lemah atau bernada tinggi
F Tata Laksana
1 Pemberian asupan enteral dini merupakan tindakan pencegahan tunggal yang paling penting.
2 Bila terjadi kejang, hentikan kejang dengan fenovarbita 10 – 20 mg/kg.
3 Bila terjadi gangguan napas berupa apnea, lakukan resusitasi. Bila terjadi sesak napas, berikan oksigen.
4 Bila glukosa darah kurang dari 25 mg/dl atau terdapat tanda hipoglikemia, maka :
a. Pasang jalan intravena. Bila jalur intra vena tidak dapat dipasang dengan cepat, berikan glukosa melalui pipa lambung.
b. Berikan glukosa 10% 2 ml/kg secara intravena bolus pelan selama 5 menit.
c. Infus glukosa 10% sesuai kebutuhan rumatan.
5 Periksa kadar glukosa darah 1 jam setelah bolus glukosa dan kemudian setiap 3 jam apabila :
a. Kadar glukosa kurang dari 25 mg/dl, ulangi pemberian bolus glukosa seperti di atas dan lanjutkan pemberian infus.
b. Kadar glukosa antara 25 – 45 mg/dl, lanjutkan infus dan ulangi pemeriksaan kadar glukosa setiap 3 jam sampai kadar glukosa 45 mg/dl atau lebih.
6 Anjurkan ibu untuk menyusui
7 Bila kemampuan minum bayi meningkat, turunkan pemberian cairan infuse setiap hari secara bertahap. Jangan menghentikan infuse secara tiba-tiba.
8 Bila glukosa darah kurang dari 25 – 45 mg/dl tanpa tanda hipoglikemia :
a. Anjurkan ibu untuk menyusui.
b. Pantau tanda hipoglikemia, bila dijumpai maka segera lakukan penanganan.
c. Periksa glukosa darah dalam tiga jam sebelum pemberian minum selanjutnya :
1) Bila kadar glukosa kurang dari 25 mg/dl atau terdapat tanda hipoglikemia , tangani seperti tersebut di atas.
2) Bila kadar glukosa darah masih antara 25 – 45 mg/dl, tingkatkan frekuensi pemberian minum ASI
3) Bila kadar glukosa lebih dari 45 mg/dl, maka lakukan pemantauan seperti petunjuk pemantauan
G Pemantauan
Setelah bayi diberi terapi dan kadar glukosa darah sudah menjadi normal kembali, maka kemudian dilakukan pemantauan sebagai berikut :
1 Jika bayi mendapatkan cairan intravena , lanjutkan pemeriksaan kadar glukosa darah setiap 12 jam.
2 Jika bayi sudah tidak mendapat infuse, periksa kadar glukosa darah setiap 12 jam sebanyak dua kali pemeriksaan. Jika normal hentikan pemeriksaan.
0 komentar:
Posting Komentar